Selamat Datang di Gubuk yang sederhana.

Menjalankan amanah yang telah di wasiatkan, berupa warisan cita-cita

Memaknai arti kebebasan dengan di bekali ilmu, iman dan akal agar diriku menjadi manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lalu. Dan setelah segala menjadi milikku, agar aku melengkapi diriku dengan hati yang ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh namun tidak berlebihan, agar aku diberikan kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari kekuatan yang sebenarnya.

Konsepsi Kesempurnaan


Tiada yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua ciptaan Tuhan baik yang kelihatan maupun yang tidak, berada dalam berbagai tingkat kesempurnaan diri yang hanya diketahui oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui saja. Manusia tidak perlu menanyakan tentang tingkat kesempurnaan dirinya karena yang telah diterimanya adalah yang sesuai dengan keadaan dirinya pada suatu waktu tertentu dalam hidupnya. Yang perlu bagi manusia adalah menyerah sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya agar ia menjadi orang yang sempurna yang sesuai dengan kodrat yang ditentukan Tuhan bagi dirinya.

Jiwa yang Damai


Ada kalanya tiba masa-masa sulit, yang membuat hidup serasa penuh kepedihan dan keluh kesah. Namun, pada saatnya jua tibalah masa-masa kegembiraan yang membuat hidup terasa ringan dan terang. Tanpa sadar bibir kita basah dengan senyuman. Sesungguhnya, kesedihan, kegembiraan, kekecewaan, keriangan dan emosi-emosi lain hanyalah sementara. Sebagaimana sesaatnya malam di telan siang. Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan melanda kita. Semua itu datang silih berganti, tanpa selalu dapat dinanti.
Yang perlu kita pahami adalah kesemtaraan ini. Kesementaraan menunjukan bahwa emosi-emosi itu bukanlah milik kita. Ia hanya sebauh tawaran dari alam yang menuntun tindakan dan sikap kita. Ia bukanlah diri kita. Saat gembira sadarilah kegembiraan itu. Saat sedih pahamilah kesedihan itu. Saat kita penuh dengan kesadaran akan emosi kita, saat itulah kita bersentuhan dengan jiwa yang tenang milik kita.
Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukanlah di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan kita tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka kita akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran kita yang bening. Selama berhari-hari kita disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran kita memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Kita perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.
Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalah sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat kita mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara, bahkan kita mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini kita mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankahair jernih mampu meneruskan cahaya, demikian halnya dengan pikiran kita yang bening.

Hidup dan Tekanan Kehidupan

Tanpa sadar banyak orang hidup dalam tekanan. Bukan karena beban terlalu berat atau kekuatan tak memadai. Namun, karena tidak mau berterus terang. Hidup dalam kepura-puraan tak memberikan kenyamanan. Bersikaplah apa adanya. Bila kita dalam kesulitan, jangan tolak bantuan. Sikap terus terang membuka jalan bagi penerimaan orang lain. Persahabatan dan kerjasama membutuhkan satu hal yang sama, yaitu keakraban di antara orang-orang. Keakraban tercipta bila satu sama lain saling menerima. Sedangkan penerimaan yang tulus hanya terwujud dalam kejujuran dan sikap terus terang.
Kepura-puraan itu bagaikan bunga mawar plastik dengan kelopak dan warna sempurna, namun tak mewangi. Meski mawar asli tak seindah tiruannya dan segera layu. Kita tetap saja menyukainya. Mengapa? Karena ada detak kehidupan alam disana. Hidup dalam kejujuran adalah hidup alami yang sejati. Hidup berpura-pura sama saja membohongi hidup itu sendiri. Kita bisa memilih untuk hidup apa adanya dan berhak menginjakkan kaki di bumi ini atau hidup berpura-pura dalam dunia ilusi.

Surat dari Yang Maha Kuasa


Saat Aku melihatmu berjalan dan menuju suatu tempat. Aku kira kau akan menuju rumah-Ku. ternyata kau menuju tempat kemaksiatan.
Saat Aku melihatmu berdiri di suatu tempat, aku kira kau akan menunggu kehadiran-Ku, ternyata kaumenunggu datangnya seorang kekasih yang tak layak bagimu.
Saat aku melihat kau berdiam diri sambil termenung, Aku kira kau menyebut nama-Ku, ternyata kau menyebut nama seorang kekasih yang jauh disampingmu.
Hidup yang telah diberikan oleh-Ku kepadamu, kau sia-siakan dengan berbuat seenaknya dan melupakan kepada yang telah menciptakan engkau.
Kebebasan yang telah Kuberikan padamu, engkau lupa pada-Ku.
Nikmat yang kuberi padamu, kau berpaling pada-Ku.
Sebenarnya Aku muak dengan melihat tingkah laku makhluk yang Kuberi kelebihan yaitu akal dan pikiran. Dengan berbuat seenaknya, bicara keadilan, namun dibalik itu semua ada sifat-sifat kemunafikan.
Kau berbuat diluar batas, hingga dirimu lupa pada-Ku.
Aku akan menurunkan adzab bagimu. namun, Aku mengurung kan niat-Ku untuk mengakhiri kehidupanmu, ketika Aku melihat makhluk yang bersimbah luka dan teraniaya oleh sesama makhluk bersujud pada-Ku, dan memohonkan ampunan bagimu.
Kalimat-kalimat suci yang diberikan pada-Ku, tiada lain untuk kebaikanmu juga.

Karya dari Kaum Pendosa
Dosa tiada henti Arah yang tak pasti untuk memohon pengampunan TUHAN

Belenggu Jiwa

Yang kita pikirkan dan yang kita inginkan
hanyalah kesenangan yang selalu menatap dan tersenyum

Namun dibalik senyuman itu mempunyai arti kepedihan yang tak pernah hilang selamanya

Kebencian dan kepedihan yang sangat bersahabat dengan darah ini
mengalir dan meracuni sekujur tubuhku yang hina ini
Dan aku menatap hari esok yang kelam sunyi dan gelap
Dan nurani selamanya diam..........................

Inspirasi Jiwa

Ketika aku lahir kedunia ini…….

Aku selalu dijaga dan dirawat oleh malaikat penjaga di dunia…

Dan Malaikat tersebut adalah Ibu……

Kini Ibu telah memejamkan mata untuk selama-lamanya dan meningalkan aku dalam kesendirian….

Sunyi sepi tanpa sentuhan belaiannya…..

Semoga Tuhan menempatkan dirinya sejajar dengan para kekasih-kekasih-Nya...

Malaikat dunia itu selalu bilang agar diriku menjadi manusia yang cukup kuat untuk menyadari manakala aku lemah, dan cukup berani untuk menghadapi diriku sendiri manakala aku takut…..

Dia juga bilang agar aku menjadi manusia yang memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam kekalahan, rendah hati dan jujur dalam kemenangan.

Dia bilang agar aku membentuk diriku menjadi seorang yang kuat dan mengerti, bahwa mengetahui serta mengenal diri sendiri adalah dasar dari segala ilmu yang benar.

Semasa hidup, ia selalu membimbing diriku supaya aku mampu tegak berdiri di tengah badai, serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh...

Ia berpesan agar diriku menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita setinggi langit. Menjadi seorang manusia yang sanggup memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.

Dengan senyuman ia berkata agar diriku menjadi manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa lalu. Dan setelah segala menjadi milikku, agar aku melengkapi diriku dengan hati yang ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh-sungguh namun tidak berlebihan.

Ia berdo’a kepada Tuhan, agar aku diberikan kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang hakiki, pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifan dan kelembutan dari kekuatan yang sebenarnya.

Sehingga aku akan berani bilang ” HIDUPKU TIDAKLAH SIA-SIA”

Ditulis ketika masa-masa sulit menerpa dan menerjang jalan pikiran. (Ements Nur Siddiq)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More